“Pendidikan Mentalitas: Dampak Covid-19 Terhadap Psikis Masyarakat”
Munculnya
wabah Covid-19 telah menjadi bencana kemanusian di seluruh penjuru dunia, tak
terkecuali negara Indonesia. Siap tidak siap kita akan menghadapi “bencana”
yang dampaknya dirasa seperti bom waktu yang begitu cepatnya meledak. Seluruh
lapisan masyarakat tak pandang bulu kelas sosialnya ikut merasakan dampaknya.
Salah satu dampak Covid-19 yang saat sedang hangat dibicarakan yaitu kesehatan
mental masyarakat. Lalu, bagaimanakah sebenarnya Covid-19 berdampak terhadap
psikis masyarakat?
Pembicaraan
mengenai Covid-19 menjadi semakin hangat dibicarakan setelah pemberitaan bahwa
Covid-19 ini telah menyebar hingga Indonesia. Apalagi setelah diketahui bahwa
virus ini dapat menyebar dengan sangat cepat dan menyebabkan berbagai
permasalahan pernafasan bahkan yang paling menakutkan kematian. Hingga akhirnya
timbul ketakutan dan kepanikan di masyarakat. Ini ditandai dengan beberapa
perilaku masyarakat yang membeli masker, sanitasi, dan berbagai bahan makanan
dalam jumlah banyak bahkan hingga melakukan penimbunan. Kepanikan dan kecemasan
yang berlebih akan berdampak buruk bagi kesehatan. Emosi panik yang dirasakan
seseorang dapat menyebabkan tubuh melepaskan hormon kortisol, yang berfungsi
merepresi imun tubuh. Ketika merasa panik, kekebalan tubuh seseorang akan menurun
sehingga akan rentan terserang penyakit. Kepanikan dan kecemasan tersebut
muncul karena tiga alasan. Pertama, manusia adalah makhluk sosial, di mana
manusia akan berprilaku dengan merespon lingkungannya. Emosi panik akan
ditularkan ke orang-orang disekitarnya. Ikatan yang terdapat di lingkungan
masyarakat menyebabkan individu memiliki keharusan akan emosi yang sama.
Interaksi sosial turut berperan dalam penularasan rasa panik. Rasa panik adalah
bentuk alarm perilaku bahwa individu harus melakukan suatu tindakan. Ketika
seseorang merasakan sebuah ancaman, otaknya akan bereaksi untuk menahan dan
menahan ancaman tersebut. Kedua, perilaku konformitas yaitu perilaku yang
dilakukan oleh individu agar diakui atau diterima oleh lingkungan sekitar.
Individu yang melakukan tindakan tersebut merasa bahwa ia akan diterima oleh
lingkungan ketika ia melakukan hal yang sama dengan lingkungannya. Ketiga,
pemberitahuan yang berlebihan di media massa dan media sosial. Pemberitaan
media merupakan hal yang penting untuk meningkatkan tingkat kewaspadaan. Namun,
tak jarang informasi yang diberikan oleh media tidaklah objektif. Sebagian
konten yang ditampilkan mengeksploitasi afek audiens dan menimbulkan kepanikan
masyarakat.
Keadaan
juga diperparah dengan berbagai permasalahan yang muncul ketika pandemi ini
merebak. Permasalahan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan yang lainnya.
Bukannya saling menguatkan ketika keadaan sedang tidak baik, masyarakat malah
saling menyalahkan, berdebat, mengkritik, dan bersikap egois dengan tidak
memikirkan keadaan orang lain. Kondisi yang seperti ini akan menyebabkan
kesehatan individu menjadi “tidak baik-baik saja”. Tidak sedikit individu yang
hingga lupa memikirkan kesehatan mentalnya. Padahal selain kesehatan fisik,
kesehatan mental juga tak kalah pentingnya.
Banyak hal dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan
selama masa pandemi Covid-19 sekarang, apalagi dalam keadaan bosan karena harus
berada di rumah dalam rangka meminimalisir penyebaran virus Covid-19. Misalnya,
mengikuti perkembangan keadaan merupakan hal yang bagus, namun sebaiknya tidak
dilakukan secara terus-menerus. Akan lebih baik apabila membaca dan mengikuti
himbauan dari pemerintah atau mengenai bagaimana cara pencegahan penularan
virus Covid-19. Setelah menerima informasi pun diharap untuk tidak langsung
mempercayainya, namun melakukan cross check akan kebenaran informasi tersebut.
Begitu pula ketika akan menyebarkan kembali informasi yang didapatkan kepada
orang lain. Semua pihak berkewajiban dalam menyebarkan informasi yang benar dan
valid serta mencegah penyebaran hoax. Terutama mengedukasi kepada mereka yang
kesulitan dalam mengakses informasi. Selama masa pandemi Covid-19, banyak orang
yang memiliki waktu luang yang lebih dibanding dengan biasanya. Waktu luang ini
dapat diisi dengan berbagai kegiatan-kegiatan positif seperti membaca buku,
menonton film, memasak, memperbanyak ibadah, berkomunikasi dengan teman-teman,
atau meningkatkan quality time bersama keluarga. Menuliskan harapan misalnya
membuat to-do list hal apa saja yang akan dilakukan selama masa pandemi
Covid-19 atau setelah pandemi berakhir. Kegiatan seperti ini dapat memberi
kesan semangat serta dapat mengalihkan pikiran dari permasalahan terkait
Covid-19. Napas kesadaran, yaitu menyadari bahwa napas yang kita hembuskan
haruslah selalu kita jaga. Ketika merasa dalam keadaan panik atau gelisah,
dapat mengatur napas agar merasa lebih tenang. Mengurangi stress selama pandemi
Covid-19 merupakan hal yang harus dilakukan. Menjaga kesehatan baik fisik maupun
psikis, menerima keadaan dan tetap merasa bersyukur serta tetap yakin dan
semangat bahwa keadaan akan segera membaik. Dengan memanfaatkan momen yang
sekarang dengan melakukan hal-hal yang positif maka pikiran akan teralihkan
dari berbagai emosi negatif. Bukan hanya kesehatan fisik yang membutuhkan
perhatian, kesehatan mental kita pun turut butuh perhatian.
Pemantik : Fatonah Istikomah (Mahasiswi
Psikologi FIP UNY 2018)
Editor : Dania Rahma Hardanti, Mustika
Vania Sulistyani (Mahasiswi Kebijakan Pendidikan FIP UNY 2019)
Layout : Departemen Medinfo HIMA KP UNY